Kamis, 18 Oktober 2012

INDONESIA HIJAU DENGAN COCOMESH (JARING SABUT KELAPA)

Ketika sabut kelapa hanya teronggok yang siap dibakar, atau bahkan kabar dari teman yang bekerja di perusahaan shipping di Pelabuhan menginformasikan kepada saya bahwa Eksport sabut kelapa dari Indonesia tidak pernah mati, sejenak memang kita bisa bangga ketika kita bisa eksport barang ke luar negeri. 
       Namun menurut kami tidak demikian, justru sabut kelapa banyak digunakan di Indonesia, terutama oleh perusahaan pertambangan di Indonesia
      Untuk membangun sentra industri sabut kelapa memanglah tidak mudah seperti yang dibayangkan, merubah kebiasaan masyarakatpun untuk dilatih membuat cocomesh perlu ketekunan, hingga akhirnya kami telah kembangkan sentra binaan olahan sabut kelapa di Manado dan Balikpapan, sehingga kebutuhan akan cocomesh didaerah tersebut bisa langsung disuplai tanpa kena biaya pengiriman yang relatif besar.

Setelah Jogjakarta, Kebumen, dan Kroya menjadi proyek percontohan dalam pengembangan usaha sabut kelapa ini, sekarang kami berkonsentrasi bagaimana caranya usaha pengolahan sabut kelapa ini dapat dijalankan juga di seluruh Indonesia, karena sebagian besar kelapa kita ada di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Di Manado kami melatih masyarakat binaan Perusahaan Pertambangan Emas yaitu PT. MSM (Meares Soputan Mining), biasanya si perusahaan tersebut membeli cocomesh dari kami, namun sekarang melalui program replikasi cocomesh di daerah, akhirnya mereka paling tidak bisa mensuplai kebutuhan cocomesh dari masyarakat binaan perusahaan pertambangan tersebut. 

Sedangkan di Balikpapan, kami bekerjasama dengan Chevron Indonesia Company dalam membentuk sentra industri olahan sabut kelapa yang berbasis masyarakat, seperti kita ketahui bersama banyak sekali perusahaan pertambangan yang ada di Balikpapan, yang nanti nya kebutuhan cocomesh tersebut bisa disuplai dari daerah, dan ekonomi masyarakat di lingkar tambang pun semakin baik.


Namun saat ini banyak trader-trader yang menjual cocomesh tanpa ikut membangun komunitas yang sudah berjalan, bagi kami tidak mempermasalahkan, sekarang kami tidak sibuk untuk menjual cocomesh lagi ataupun mengaku-aku  YANG PERTAMA DI INDONESIA dalam mengembangkan cocomesh, tetapi sekarang kami konsentrasi bagaimana mewujudkan Indonesia yang hijau yang dihijaukan oleh tangan-tangan terampil pengrajin kelapa di seluruh Indonesia yang justru membuka Sentra-sentra binaan baru di penjuru Tanah Air.

"Tidak ada yang Pertama di Indonesia, yang pertama justru adalah masyarakat pengrajin sabut kelapa itu sendiri yang memulai usaha pengolahan ini."

Sekarang masyarakat di lingkar tambanglah yang harus kita dukung, setelah sumber daya lahan mereka yang dikelola perusahaan tambang, sudah saatnya kita bangkitkan semangat mereka untuk bisa lebih maju, sehingga masyarakatpun semakin peduli dengan lahan mereka untuk di reklamasi kembali dengan kerjasama yang baik melalui Program Corporate Social Responsibility / Bina Lingkungan Perusahaan tambang tersebut

Sampai bertemu pengrajin Sabut Kelapa di Biak Papua bulan November....

Semoga Nyiur akan tetap melambai....



CV. Sabut Mandiri
Jl. Kebon Raya 65 C Jogjakarta
08562565965

Jumat, 13 Juli 2012

Pelatihan Pengolahan Sabut Kelapa Menjadi Produk Cocomesh dan Aneka Kerajinan

CV. Sabut Mandiri membuka kelas pelatihan untuk pengolahan sabut kelapa yang berbasis masyarakat, pelatihan ini lebih ditekankan kepada aspek pemasaran nya, produk turunan sabut kelapa yang seperti apa yang laku di pasaran.

Salah satu nya adalah Cocomesh (Jaring Sabut Kelapa), cocomesh ini adalah media reklamasi lahan bekas tambang yang sangat ramah lingkungan, pengguna terbesar adalah seluruh perusahaan tambang, sebagian besar wilayah di Indonesia adalah daerah pertambangan, dan sebagian besar daerah di Indonesia adalah daerah kelapa, Indonesia mempunyai luasan areal kelapa terbesar di dunia, yaitu 3,7jt hektare yang tersebar dari Sumatera, Kalimantan dan Papua. Tetapi justru di sebagian besar daerah di Indonesia pengolahan sabut kelapa belum lah maksimal

Sabut kelapa di sebagian besar di Indonesia hanya limbah yang tidak termanfaatkan, CV. Sabut Mandiri telah berhasil memproduksi cocomesh secara masal di Jogjakarta yang serapan pasarnya adalah perusahaan tambang yang justru di luar Pulau Jawa.
sangat ironis memang, sabut kelapa di luar jawa yang begitu melimpah justru mendatangkan dari Pulau Jawa yang pasti nya biaya kirimnya sangatlah besar sekali.

Untuk itu kami mengundang kepada Pemerintah Daerah (Dinas Perkebunan, Perindustrian Perdagangan, Pemberdayaan Masyarakat, dll). Perusahaan Pertambangan, Swasta
untuk mengikuti pelatihan yang kami selenggarakan di Jogjakarta.
Adapun biaya pelatihannya adalah sebesar Rp. 1.150.000,- (satu juta seratus  lima puluh ribu rupiah)/peserta
Pelatihan selama 2 hari, biaya diluar hotel.
Biaya sudah termasuk transportasi selama di Jogjakarta, materi, Goody Bag, T-Shirt dan peralatan yang ada hubungannya dengan kegiatan pelatihan

Untuk info lebih jauh dapat menghubungi kami di :
CV. SABUT MANDIRI
Jl. Kebon Raya No. 65 C, Rejowinangun Jogjakarta
Telp (0274)6415004
Arif Nugroho (08562565965)
email : arief@sabutmandiri.com

Kamis, 21 Juni 2012

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LINGKAR TAMBANG MELALUI PROGRAM PENGOLAHAN SABUT KELAPA MENJADI COCOMESH

Mensinergikan apa yang di inginkan oleh masyarakat sekitar daerah pertambangan dengan apa yang dilakukan Perusahaan Tambang adalah hal yang tidak mudah, di satu sisi, Perusahaan mengeksplorasi dan mengeksplotasi hasil bumi berupa emas, mineral, nikel dan sebagainya, sementara warga asli setempat merasa tersingkirkan, akhir-akhir ini sangat marak sekali aksi dari masyarakat mengenai kegelisahan mereka akan lingkungan yang di rusak oleh perusahaan tambang.

 Pada saat dan situasi tersebut diatas diperlukan suatu sinergi apa yang diminta oleh masyarakat dan apa yang sebenarnnya di perlukan oleh Perusahaan, Terkait dengan proses eksplorasi dan eksploitasi si "perusahan tambang", yang dilakukan adalah dengan merusak lapisan top soil tanah atau hijauan, yang semula tanah subur kemudian dilakukan proses drilling, blasting dsb, yang pasti nya merusak lapisan atau struktur tanah.

 Perlu dilakukan reklamasi atau penghijauan kembali agar lahan yang dirusak tidak semakin rusak karena tidak adanya hijauan yang pada saat musim hujan bisa terjadi erosi, longsor dan banjir. Perusahaan tambang biasa menggunakan yang nama nya JUTENET yang berasal dari bunga rosella, jutenet ini bentuknya seperti net dan jaring-jaring, sebagian dari perusahaan mendatangkan dari luar negeri yang pastinya harga nya sangatlah mahal,penggunaan jutenet ini adalah sebagai penahan di kemiringan agar tidak longsor dsb,namun karena kesulitan bahan baku dan harga yang mahal, kami menawarkan produk turunan dari kelapa, yaitu sabut kelapa yang dijadikan nett atau mesh, yang kami sebut dengan cocomesh (jaring sabut kelapa)

Kamis, 17 Mei 2012

PROGRAM REPLIKASI COCOMESH DI DAERAH

Memberdayakan Masyarakat Petani Sabut Kelapa Indonesia SABUT MANDIRI melalui programnya Pengolahan Sabut kelapa menjadi Cocomesh yang berbasis masyarakat akan serentak melatih di beberapa kota yang mempunyai daerah tambang. Sabut Mandiri tidak pernah merasa tersaingi akan pemasaran Cocomesh di Indonesia, dengan konsep Indoesia Berdaya Melalui sabut kelapa, diharapkan dengan semakin menjamurnya produk cocomesh di Indonesia dapat mengurangi limbah, kerusakan lingkungan, bahkan bencana alam sekalipun. Kami membuka berbagai kesempatan untuk produksi cocomesh yang berbasis masyarakat, bukan yang sekedar meniru kemudian mencuri dan memasarkan kepada konsumen yang telah menjadi mitra dari SABUT MANDIRI, SABUT MANDIRI telah berhasil mengembangkan suatu sentra sabut kelapa di Jawa, tepatnya di Kebumen, yang semula masyarakat disana hanya memproduksi sabut kelapa menjadi keset, matras, dan produk olahan rumah tangga lainnya, kini setelah beberapa lama pendampingan untuk membuat Cocomesh, masyarakat dilatih untuk membuat cocomesh, dan akhirnya sekarang menjadi Industri besar yang berbasis pada masyarakat.
Banyak sudah yang Sabut Mandiri distribusikan dari Kebumen, Cilacap dan daerah binaan lainnya di Jawa untuk dikirim ke daerah Pertambangan di luar Jawa, seperti Kalimantan, dan Sumatera Bahkan sampai Manado. Sebenarnya justru ironis, padahal di sebagian besar daerah pertambangan tersebut adalah banyak sekali limbah sabut kelapa yang tidak termanfaatkan secara maksimal, masyarakat kebingungan membuang limbah tersebut yang akhirnya hanya dibakar saja. Padahal lagi, biaya kirim antar pulau adalah rata-rata mencapai Rp. 25.000.000,- / truk (kapasitas 10.000m2. Alangkah baiknya biaya kirim yang relatif besar tersebut dikembangkan sebagai modal usaha pengembangan Sabut Kelapa menjadi Cocomesh, adapun program ini kami menyebutnya adalah : PROGRAM REPLIKASI COCOMESH DI DAERAH.
Melalui program Pemerintah Daerah (Dinas Perkebunan, Dinas Perindag, Dinas Pemberdayaan Masyarakat) ataupun juga Swasta ( Perusahaan Tambang) melalui Program CSR perusahaan tersebut dapat mengundang kami sebagai KONSULTAN sekaligus menjadikan sentra pengembangan Sabut Kelapa menjadi Cocomesh berbasis Masyarakat yang mempunyai nilai Jual, mengenai program ini kami sampaikan proposal bagi yang membutuhkan dapat menghubungi kami di : SABUT MANDIRI Jl. Kebun Raya 65C, Rejowinangun Jogjakarta. email : arief@sabutmandiri.com HP. 08562565965

Senin, 14 Mei 2012

Cocomesh Sabut Mandiri

Lagi lagi cerita cocomesh, iya saya gk akan pernah bosen menyelamatkan bumi ini dari Eksplorasi dunia tambang yang merusak lingkungan, kalo kita yang gk peduli ya siapa lagi? kemaren, Cocomesh produksi sabut mandiri mendapatkan kesempatan untuk berbagi ato share pada acara Community Entrepreneur Challange yang diadakan oleh The Guinnes Arthur Fund yang bekerjasama dengan British Council, suatu kebanggaan saya bisa presntasi di Jakarta, tepatnya di Pacific Place di Gedung Blitz Megaplex. Pada presentasi kali ini para speakers pada dasarnya ingin memancing atau menularkan ide-ide yang sederhana dan kreatif yang ada pada generasi muda sekarang. selain dari Sabut Mandiri mengenai cocomesh nya ada juga salah satunya dari Komunitas Hong, wah,,,,, keren abis deh mas Zaini alif yang mengajarkan kita bermain yang bukan main-main. pada acara tersebut sebenernya juga sekaligus peresmian acara CEC Wave 3 yang akan diadakan lagi oleh BC dan The Arthur Guinnes Fund, mereka mengaadakan kompetisi lagi untuk yang berkaitan dengan Sosial Enteprise yang kreatif. oiya di postingan besok, saya akan mengulas kalo sebenarnya cocomesh itu juga bukan semata-mata untuk media reklamasi lahan bekas tambang tapi juga sebagai media seni bagi teman2 seniman di Jogja. penasaran kan???? semoga nyiur akan tetap melambai.....

Rabu, 21 Maret 2012

Cocomesh Berkualitas

sebenernya tidak ada teknologi khusus untuk membuat cocomesh, semua cocomesh adalah cocomesh yang berkualitas, yang dapat digunakan untuk media reklamasi lahan bekas tambang, yang tidak berkualitas adalah ketika suatu lembaga nonformal ikut-ikutan memasarkan tanpa mengetahui dasarnya, mencuri, itu sungguh tidak berkualitas. Smua usaha haruslah ada etika nya, karena kita makhluh Tuhan, apalagi kita mengatasnamakan suatu agama, partai tertentu tetapi trackrecord selama kita kerja sangatlah jelek.
oke, kembali lagi masalah cocomesh (jaring sabut kelapa) cocomesh produksi CV. SABUT MANDIRI di bawah binaan Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Jogjakarta adalah yang pertama kali memperkenalkan produk tersebut ke perusahaan tambang, bahkan beberapa perusahaan mengirimkan karyawannya untuk belajar membuat cocomesh ini.

Tetapi memang setiap bisnis pasti akan muncul pesaing, bahkan pesaing yang sangat kreatif, dengan meninggalkan jejak yang buruk membuat hal yang sama. ah balik lagi deh cerita itu, padahal kan mau cerita cocomesh.

Cocomesh ini tidak ada spesifikasi khusus untuk kadar air sabut kelapa, kadar serbuknya (dust) bahkan semakin ada dust nya smakin baik untuk menyimpan air ketika diaplikasikan ke lahan kritis, mengenai ukuran bisa disesuaikan berdasarkan pesanan perusahaan, beberapa mitra strategis telah mendukung untuk penyelamatan lingkungan, seperti BRITISH COUNCIL yang memberikan pengakuan dan SeedFund untuk pengembangan cocomesh lebih lanjut lagi.

Sekarang banyak permintaan untuk pelatihan in house trainin ke berbagai perusahaan tambang, pada dasarnya SABUT MANDIRI akan memfasilitasi segala bentuk kerjasama yang ingin dijalin, dan tentunya dengan etika yang baik, tidak seperti sebelum2nya yang hanya mengandalkan jualan di internet tapi hanya kosong semata.

Informasi yang detail dan akurat dapat menghubungi :
CV. Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Jogjakarta
(SABUT MANDIRI)
Di Jl, Mangkuyudan 43 Jogjakarta
Kontak Person : 08562565965


Kami menyediakan produk cocomesh yang berkualitas (dari segi etika bisnis) dan kualitas dalam pengerjaan, pelayanan konsultansi, pelatihan dan sebagainya.
Karena pada dasarnya bukan hanya sabut kelapa saja yang dimanfaatkan tetapi semua produk olahan dari buah kelapa, mulai dari sabut sampai air kelapa,

tulisan saya selanjutnya akan membahas satu persatu mengenai pemanfaatan produk olahan kelapa ini, oke see you>>>

Senin, 20 Februari 2012

Cocomesh (Produk Olahan Sabut Kelapa)

Produk Olahan Sabut Kelapa menjadi cocomesh, sekali lagi, yang namanya cocomesh di dunia pertambangan masih sangat fantastis dilihat dari kebutuhannya.
Sebagai contoh, proyek yang masih berjalan di Perusahaan tambang batubara di Kalimantan selatan dan di Halmahera.


Cocomesh sebagai media reklamasi lahan kritis sangatlah dibutuhkan, bukan sekedear dari pemanfaatannya, akan tetapi jika melihat lebih jauh lagi dari proses produksi yang melibatkan petani kelapa dapat menghidupi kebutuhan keluarganya.

mengenai cocomesh ini kami akan menawarkan berbagai bentuk kerjsama lainnya, bukan sekedar menjual, tetapi juga menawarkan program pengembangan yang menarik.

Info lebih jauh dapat menghubungi :
Sabut Mandiri
Arif Nugroho (08562565965)